Untuk melihat materi, silahkan Anda klik pada judul.
Bentuk-bentuk gunung api.
Senin, 29 Juli 2019
Bentuk-Bentuk Gunung Api
Gunung api merupakan bentukan alam yang terbentuk karena aktivitas magma yang keluar dari perut bumi. Di bumi ini terdapat beranekaragam bentuk gunung api. Berikut ini beberapa bentuk api yang ada di muka bumi:
Bentuk gunung api dapat Anda lihat pada video berikut:
Gunung api ini berbentuk seperti kerucut. Puncak gunung api ini semakin lama semakin tinggi karena endapan erupsi lava dan bahan piroklastik dari kawah gunung. Pembentukan stratovolcano ini terjadi di zona subduksi. Di Indonesia gunung api strato paling banyak dijumpai.
Gunung api strato selain berciri bentuknya seperti kerucut juga memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
Berbentuk akibat erupsi yang berganti-ganti antara efusif dan eksplosif, sehingga memperlihatkan batuan beku yang berlapis-lapis pada dinding kawahnya
Mengalami letusan yang berkali-kali, dengan dapur magma yang dalam dan viskositas serta kekentalan magma tinggi
Contohnya Gunung Merapi, Gunung Tangkuban Perahu atau secara umum sebagian besar gunung api di Indonesia memiliki bentuk strato atau kerucut.
Strato artinya lapisan, oleh karena badan gunung api ini terdiri dari lapisan lapisan lava yang bercampur dengan hasil-hasil vulkanis lainnya seperti debu, pasir, kerikil, dan bom. Campuran yang dikandungnya memungkinkan endapan pada lereng gunung berlapis-lapis sehingga gunung api semakin tinggi menjulang keatas. Sebagian besar gunung api di Indonesia tergolong bentuk gunung api strato.
kaldera letusan, terjadi akibat letusan besar yang melontarkan sebagian besar tubuhnya;
kaldera runtuhan, terjadi karena runtuhnya sebagian tubuh gunungapi akibat pengeluaran material yang sangat banyak dari dapur magma;
kaldera resurgent, terjadi akibat runtuhnya sebagian tubuh gunungapi diikuti dengan runtuhnya blok bagian tengah;
kaldera erosi, terjadi akibat erosi terus menerus pada dinding kawah sehingga melebar menjadi kaldera;
Gunungapi ini terbentuk dari adanya ledakan atau letusan yang bersifat eksplosif dan biasanya cenderung terjadi sekali dengan kekuatan yang cukup hebat.
Bentuk gunung api ini memiliki ciri-ciri:
Gunung api ini terbentuk karena ada letusan besar yang membentuk lubang besar atau eksplosif pada puncak yang disebut kawah.
Bentuk gunung api ini, sekali meletus dengan eksplosif, maka menjadi gunung api yang mati
Memiliki dapur magma yang dangkal dengan tekanan yang tinggi
Gunung api ini memiliki corong. Contohnya Gunung Lamongan Jawa Timur dengan kawahnya Klakah
Kata maar berasal dan bahasa Jerman yang berarti “kawah”. Maar terjadi karena letusan gunung berapi hanya terjadi satu kali. Setelah itu aktivitas vulkanik berhenti sama sekali. Akibat letusan tersebut, sebuah lubang berbentuk corong besar, yang dikelilingi tebing berombak jika terjadi erupsi. Jika dasar dan dinding maar tidak bisa ditembus oleh air, maká membentuk danau yang disebut danau maar. Namun, ada juga maar kering karena jenis tanah pada dasarnya tidak bisa menahan air.
Contoh maar gunung berapi termasuk maar di Gunung Lamongan (Jawa Timur), maar di Pegunungan Eifel (Jerman), maar di Dataran Tinggi Auvergne (Prancis).
Kadang juga disebut sebagai “kubah-sumbat (plug-dome )“, terbuat dari lava kental mengandung asam yang keluar saat terjadi letusan. Lava ini mengisi lubang kawah di bagian puncak gunung. Lava yang mengeras pada kawah ini dapat menurup lubang pada dinding gunung, dan ini dapat mengakibatkan terjadinya ledakan. Lava ini mengisi lubang kawah di bagian puncak gunung. Gunung-api Kubah umumnya memiliki sisi yang curam dan bentuk cembung. Ciri : Akumulasi vikositas tinggi, contoh Puncak Lassen di Sierra Nevada dan gunung Pelee di Martinique
Gunungapi tipe perisai bukan terbentuk dari adanya letusan, melainkan lebih karena adanya aliran lava basal bersifat tipis dan basah. Tersusun dari batuan aliran lava yang pada saat diendapkan masih cair, sehingga tidak sempat membentuk suatu kerucut yang tingggi ( curam ), bentuknya akan berlereng landai, dan susunannya terdiri dari batuan yang bersifat basaltik.
Gunung api perisasi atau sering diekanl dengan gunung api tameng, memiliki ciri-ciri:
Gunung api ini terjadi karena magma cair keluar dengan tekanan rendah hampir tanpa letusan atau letusan efusif.
Dapur magma dangkal dengan magma yang sangat cair
Lereng yang terbentuk menjadi sangat landai.
Contoh bentuk gunung berapi ini terdapat di kepulauan Hawai, Mauna Loa dan Mauna Kea.
Sumber Artikel http://mgm.slemankab.go.id/bentuk-gunung-api/
Bentuk gunung api dapat Anda lihat pada video berikut:
1. KERUCUT BERLAPIS ( STRATO )
Gunungapi strato berbentuk runcing dan banyak terdapat di Kepulauan Indonesia. Bentuk gunungapi ini terjadi akibat adanya tumpukan berlapis bahan–bahan piroklastika yang dikeluarkan ketika erupsi magma.Gunung api ini berbentuk seperti kerucut. Puncak gunung api ini semakin lama semakin tinggi karena endapan erupsi lava dan bahan piroklastik dari kawah gunung. Pembentukan stratovolcano ini terjadi di zona subduksi. Di Indonesia gunung api strato paling banyak dijumpai.
Gunung api strato selain berciri bentuknya seperti kerucut juga memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
Berbentuk akibat erupsi yang berganti-ganti antara efusif dan eksplosif, sehingga memperlihatkan batuan beku yang berlapis-lapis pada dinding kawahnya
Mengalami letusan yang berkali-kali, dengan dapur magma yang dalam dan viskositas serta kekentalan magma tinggi
Contohnya Gunung Merapi, Gunung Tangkuban Perahu atau secara umum sebagian besar gunung api di Indonesia memiliki bentuk strato atau kerucut.
Strato artinya lapisan, oleh karena badan gunung api ini terdiri dari lapisan lapisan lava yang bercampur dengan hasil-hasil vulkanis lainnya seperti debu, pasir, kerikil, dan bom. Campuran yang dikandungnya memungkinkan endapan pada lereng gunung berlapis-lapis sehingga gunung api semakin tinggi menjulang keatas. Sebagian besar gunung api di Indonesia tergolong bentuk gunung api strato.
2. KALDERA ( CALDERA )
Kaldera merupakan suatu kawasan berbentuk bulat yang membentang rendah di tanah. Kawasan ini terbentuk pada saat tanah amblas akibat letusan eksplosif. Bentuk morfologinya seperti kawah tetapi garis tengahnya lebih dari 2 km. Kaldera terdiri atas :kaldera letusan, terjadi akibat letusan besar yang melontarkan sebagian besar tubuhnya;
kaldera runtuhan, terjadi karena runtuhnya sebagian tubuh gunungapi akibat pengeluaran material yang sangat banyak dari dapur magma;
kaldera resurgent, terjadi akibat runtuhnya sebagian tubuh gunungapi diikuti dengan runtuhnya blok bagian tengah;
kaldera erosi, terjadi akibat erosi terus menerus pada dinding kawah sehingga melebar menjadi kaldera;
3. MAR ( MAAR )
Gunungapi ini terbentuk dari adanya ledakan atau letusan yang bersifat eksplosif dan biasanya cenderung terjadi sekali dengan kekuatan yang cukup hebat.
Bentuk gunung api ini memiliki ciri-ciri:
Gunung api ini terbentuk karena ada letusan besar yang membentuk lubang besar atau eksplosif pada puncak yang disebut kawah.
Bentuk gunung api ini, sekali meletus dengan eksplosif, maka menjadi gunung api yang mati
Memiliki dapur magma yang dangkal dengan tekanan yang tinggi
Gunung api ini memiliki corong. Contohnya Gunung Lamongan Jawa Timur dengan kawahnya Klakah
Kata maar berasal dan bahasa Jerman yang berarti “kawah”. Maar terjadi karena letusan gunung berapi hanya terjadi satu kali. Setelah itu aktivitas vulkanik berhenti sama sekali. Akibat letusan tersebut, sebuah lubang berbentuk corong besar, yang dikelilingi tebing berombak jika terjadi erupsi. Jika dasar dan dinding maar tidak bisa ditembus oleh air, maká membentuk danau yang disebut danau maar. Namun, ada juga maar kering karena jenis tanah pada dasarnya tidak bisa menahan air.
Contoh maar gunung berapi termasuk maar di Gunung Lamongan (Jawa Timur), maar di Pegunungan Eifel (Jerman), maar di Dataran Tinggi Auvergne (Prancis).
4. KUBAH ( DOME )
Kadang juga disebut sebagai “kubah-sumbat (plug-dome )“, terbuat dari lava kental mengandung asam yang keluar saat terjadi letusan. Lava ini mengisi lubang kawah di bagian puncak gunung. Lava yang mengeras pada kawah ini dapat menurup lubang pada dinding gunung, dan ini dapat mengakibatkan terjadinya ledakan. Lava ini mengisi lubang kawah di bagian puncak gunung. Gunung-api Kubah umumnya memiliki sisi yang curam dan bentuk cembung. Ciri : Akumulasi vikositas tinggi, contoh Puncak Lassen di Sierra Nevada dan gunung Pelee di Martinique
5.PERISAI ( SHIELD )
Gunungapi tipe perisai bukan terbentuk dari adanya letusan, melainkan lebih karena adanya aliran lava basal bersifat tipis dan basah. Tersusun dari batuan aliran lava yang pada saat diendapkan masih cair, sehingga tidak sempat membentuk suatu kerucut yang tingggi ( curam ), bentuknya akan berlereng landai, dan susunannya terdiri dari batuan yang bersifat basaltik.
Gunung api perisasi atau sering diekanl dengan gunung api tameng, memiliki ciri-ciri:
Gunung api ini terjadi karena magma cair keluar dengan tekanan rendah hampir tanpa letusan atau letusan efusif.
Dapur magma dangkal dengan magma yang sangat cair
Lereng yang terbentuk menjadi sangat landai.
Contoh bentuk gunung berapi ini terdapat di kepulauan Hawai, Mauna Loa dan Mauna Kea.
Sumber Artikel http://mgm.slemankab.go.id/bentuk-gunung-api/
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Persebaran Flora dan Fauna
A. Pengertian Bisofer
Biosfer berasal dari kata bio yang berarti kehidupan dan sphere atau sphaire yang berarti lapisan atau lingkungan. Jadi, yang dimaksud dengan bisofer adalah lapisan pada permukaan bumi yang cocok dan mendukung bagi kehidupan.
Tebal biosfer ke arah atmosfer adalah 8 km dan 9 km ke arah kedalaman laut. Kehidupan di bumi tidak dapat dilepaskan dari pengaruh biosfer. Karena di dalam biosfer semua makhluk hidup saling berinteraksi satu sama lain.
Silahkan Anda perhatikan video mengenai sebaran flora dan fauna di dunia berikut:
B. Faktor-faktor yang memengaruhi sebaran flora dan fauna
Keberadaan flora dan fauna di permukaan bumi dipengaruhi oleh 2 faktor utama, yaitu faktor lingkungan dan faktor sejarah geologi.
1. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan terdiri dari 2 faktor yaitu faktor lingkungan abiotik (lingkungan tak hidup) dan lingkungan biotik (lingkungan yang terdiri dari organisme).
a. Lingkungan abiotik
Lingkungan abiotik sendiri dibagi menjadi faktor klimatik, edafik, hidrologis, dan fisiografis.
1) Faktor klimatik
Perbedaan iklim di permukaan bumi mengakibatkan terjadinya variasi flora dan fauna di bumi. Faktor klimatik terdiri dari suhu, curah hujan, kelembaban, dan angin.
a) Suhu
Jenis spesies tertentu memiliki persyaratan suhu lingkungan yang ideal atau suhu optimum bagi kehidupannya.
b) Curah hujan
Banyak sedikitnya curah hujan akan membentuk karakter yang khas pada flora dan fauna di permukaan bumi. Wilayah yang curah hujannya banyak akan memiliki jenis flora dan fauna yang lebih banyak dan lebih beragam jika dibandingkan dengan wilayah yang curah hujannya lebih sedikit.
c) Kelembaban
Ada flora dan fauna yang cocok hidup di daerah dengan kelembaban sedikit (contohnya kaktus), lembab (contohnya tebu), bahkan di daerah yang sangat basah (contohnya eceng gondok).
d) Angin
Angin membantu dalam proses penyerbukan atau pembuahan beberapa jenis tumbuhan.
2) Faktor edafik
Faktor edafik menyangkut kesuburan tanah. Terdiri dari humus tanah, ukuran butir tanah (tekstur tanah) tingkat kegemburan, mineral hara (mineral organik), dan air tanah. Semakin subur keadaan tanah disuatu wilayah maka variasi flora dan fauna di wilayah tersebut akan semakin banyak.
Sebagian besar jenis tanah di Indonesia adalah tanah humus dan tanah vulkanik (berasal dari hasil proses letusan gunung api) yang sangat subur untuk pertumbuhan tanaman. Sehingga, Indonesia memiliki variasi flora yang beragam.
3) Faktor hidrologis
Faktor hidrologis menyangkut keberadaan air. Air membantu melarutkan dan mengangkat mineral-mineral dalam tanah sehingga mudah diserap oleh tumbuhan.
4) Faktor Fisiografis
Terdiri dari kemiringan lereng dan ketinggian tempat (relief).
a) Kemiringan lereng
Mempengaruhi arah datangnya sinar matahari. Lereng yang menghadap matahari akan memiliki jenis tumbuhan yang lebih bervariasi dan akan lebih rapat (rimbun).
b) Relief (ketinggian tempat)
Mempengaruhi suhu secara vertikal, artinya semakin tinggi suatu tempat suhunya akan semakin dingin dan variasi flora dan faunanya akan lebih sedikit. Pada tahun 1889 C. Hart Meeriem, seorang peneliti biologi alam, mengemukakan model persebaran tumbuhan berdasarkan variasi ketinggian pada Gunung San Fransisco. Karena temperatur berubah sesuai ketinggian, maka Meeriem berkesimpulan bahwa tipe tumbuhan pada suatu daerah dipengaruhi oleh temperatur.
Kemudian dibuktikan pula, bahwa faktor kelembaban ternyata lebih berperan daripada faktor temperatur. Curah hujan yang tinggi dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan tanaman besar. Sebaliknya, semakin kita bergerak ke daerah dengan curah hujan rendah tumbuhan akan di dominasi oleh tumbuhan kesil, belukar, padang rumput, dan akhirnya kaktus.
b. Lingkungan biotik
Terdiri dari manusia, tumbuhan, hewan, dan bakteri pengurai.
1) Tindakan manusia
Tindakan manusia dapat mengubah bentang alam yang sudah ada. Tindakan manusia bisa memberikan dampak positif dan dampak negatif bagi keberadaan dan persebaran tumbuhan dan hewan di permukaan bumi.
Contoh tindakan positif manusia yang berpengaruh terhadap keberadaan dan persebaran tumbuhan dan hewan di permukaan misalnya, tanah yang tandus dapat diubah menjadi daerah hutan jika ditanami oleh pohon. Sedangkan tindakan negatif manusia misalnya, menebangi hutan sehingga mengakibatkan hilangnya keberadaan flora dan fauna di hutan.
2) Hewan
Peranan hewan dalam penyebaran makhluk hidup, misalnya serangga membantu proses penyerbukan. Sedangkan burung, kelelawar, dan tupai dapat membantu penyebaran biji tumbuhan dari suatu wilayah ke wilayah lain.
3) Tumbuhan
Keberadaan tumbuhan akan berpengaruh terhadap keberadan hewan terutama hewan herbivora karena tumbuhan merupakan sumber makanan bagi hewan herbivora. Selain itu, tumbuhan yang besar akan menjadi pelindung bagi tumbuhan kecil dibawahnya.
4) Bakteri
Pengurai Bakteri saprofit yang terdapat di dalam tanah dapat membantu menghancurkan sisa tumbuhan dan hewan sehingga dapat menjadi humus yang subur dan bermanfaat untuk tumbuhan di sekitarnya.
2. Faktor sejarah geologi
Pada awalnya benua yang ada di bumi terdiri dari satu benua besar bernama Pangea. Pergeseran lempeng benua menyebabkan benua pangea terpecah-pecah menjadi benua-benua seperti sekarang. Pergeseran lempeng tersebut juga mengakibatkan terjadinya perubahan lingkungan. Pada akhirnya perubahan lingkungan ini akan mempengaruhi variasi persebaran flora dan fauna di permukaan bumi. Makhluk hidup yang mampu beradaptasi (menyesuaikan diri) dengan lingkungan baru akan bertahan hidup, sedangkan yang tidak mampu beradaptasi akan musnah.
Kamis, 18 Juli 2019
Post Test Kelas XII IPS Bab Konsep Wilayah dan Perwilayahan
Silahkan kalian mengerjakan soal-soal uraian singkat berikut!
Rabu, 17 Juli 2019
Post Test XI IPS Bab Letak, Luas, dan Batas Wilayah Indonesia
Halo, silahkan untuk kalian peserta didik di kelas XI IPS 1 dan XI IPS 2 untuk mengerjakan soal-soal post test berikut.
Semangat mengerjakan!
Semangat mengerjakan!
Selasa, 16 Juli 2019
LKPD Gerak Rotasi dan Gerak Revolusi Bumi serta Dampaknya terhadap Kehidupan
Diskusikan LKPD berikut dengan anggota kelompokmu! Kemudian ketik jawaban kelompok kalian pada lembar yang telah disediakan dan kirimkan melalui email akunkhususpelatihan@gmail.com
RPP Gerak Rotasi dan Gerak Revolusi Bumi serta Dampaknya Terhadap Kehidupan
Berikut ini terlampir RPP mengenai Bab Bumi Sebagai Planet pada materi Gerak Rotasi dan Gerak Revolusi Bumi serta Dampaknya Terhadap Kehidupan.
Materi ini terdapat pada kelas X semester 2.
Materi ini terdapat pada kelas X semester 2.
Langganan:
Postingan (Atom)
PGP-1-Kabupaten Cirebon-Fillin Rohkvi Lahurensha-1.3.a.9. Rancangan Aksi Nyata
PEMBIASAAN MENJAGA KEBERSIHAN DI LINGKUNGAN SEKOLAH Sebagai pengajar Geografi, salah satu tolok ukur keberhasilan saya dalam mengaj...